Kaya dan Miskin, Mana yang Lebih Utama?

Kaya dan Miskin, Mana yang Lebih Utama?

Ibnu Hazm al-Andulisy dalam kitabnya, al-Ushul wa al-Furu’ (1/108) menyinggung tentang kaya dan miskin, mana yang lebih utama?.

Menurut beliau, kaya dan miskin tidak menentukan kemuliaan. Kemuliaan hanyalah ditentukan oleh amal kita. Siapa yang paling bertaqwa kepada Alloh dia lah yang lebih mulia dihadapan Alloh.

Pada artikel kisah pernikahan Nabi dengan Siti Khadijah, Nabi menyerahkan 20 anak lembu untuk Mas Kawin Beliau dan mengadakan pesta pernikahan dengan menyembelih unta dan memberi makan para tamu. Bisa dibayangkan berapa harga 20 ekor lembu dan unta kan?

Nabi sendiri menjadi Pedagang sejak usia 12 tahun dan menjadi Pengusaha selama 25 tahun. Beliau berdagang sampai Syiria, Yaman, Bashra, dan negeri-negeri lain.

Kemudian, diantara 10 Sahabat Nabi SAW yang dijamin masuk Surga pun ternyata hampir semuanya orang kaya. Sahabat Abu Bakar mensodaqohkan seluruh harta kekayaannya yang bernilai triliunan rupiah.

Ketika wafat, Umar bin Khattab meninggalkan ladang pertanian sebanyak 70 ribu ladang senilai Triliunan rupiah. Ustman bin Affan juga mewariskan triliunan rupiah. Begitu pula Abdurrahman bin Auf, sahabat nabi yang terkenal kaya raya lagi dermawan. Hanya sahabat Ali bin Abi Thalib yang bukan seorang saudagar.

Alloh SWT berfirman, “Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar”, (Q.S An-Nisa: 9)

Dalam Surat An Nisa’ Ayat 9 diatas diingatkan agar kita umat islam menyiapkan generasi penerus yang berkualitas sehingga mempunyai potensi yang bisa dimaksimalkan sebagai bekal kehidupan mendatang.

Jika kita mengingat, sahabat Ali bin abi Thalib pernah berkata bahwa, “umpama kemiskinan itu berupa manusia, maka akan saya bunuh”. Artinya, Islam memang mengajarkan agar seseorang tidak hidup serba kekurangan atau miskin. Karena dampak kemiskinan itu sangat berbahaya, hingga mendekatkan seseorang pada kekufuran.

Begitu pentingnya masalah kesejahteraan, sahabat Umar Ibnul Khatab juga pernah berkata “Cukupilah dirimu niscaya Agamamu akan lebih terpelihara, dan kamu akan lebih mulia”.

Beberapa Alasan Mengapa Muslim Harus Kaya

Banyak ibadah dalam agama Islam yang dalam pelaksanaannya membutuhkan harta, atau jika didukung dengan harta maka ibadah akan lebih sempurna dalam melaksanakannya. Ibadah tersebut seperti sholat, zakat, haji, umrah, mencari ilmu, silaturrahim, menjenguk orang sakit, menguburkan jenazah, menghadiri undangan pernikahan, memulyakan tamu, menyantuni anak yatim, berbuat baik kepada orang tua, berbuat baik kepada tetangga, dan bahkan jihad fii sabilillah, semua itu memerlukan biaya.

Sholat yang sempurna bagi kaum lelaki adalah yang dilaksanakan di masjid, untuk membangun masjid dan mengurusnya agar masjid tetap bersih, rapi, aman dan nyaman untuk pelaksanaan ibadah, ada imam yang capable dan siap, ada muadzin yang menjaga waktu sholat dan lain sebagainya, semua itu perlu beaya operasional agar masjid menjadi makmur.

Shaum pada dasarnya dianggap sebagai ibadah yang hampir tidak membutuhkan biaya, akan tetapi apabila kita ingin mendapatkan pahala yang maksimal, akan lebih mudah kita capai kalau kita memiliki banyak harta, yaitu dengan memberikan buka puasa kepada sebanyak mungkin orang yang menjalankan shaum. Dengan memberikan buka puasa kita akan mendapatkan pahala tambahan sebanyak pahala orang yang kita beri hidangan buka puasa.

Jika tiap hari kita dapat memberikan hidangan buka puasa kepada 100 orang maka dalam satu bulan kita dapat memberikan buka puasa kepada 3.000 orang, sehingga pahala puasa kita bukan hanya 30 hari, tetapi pahalanya adalah puasa 30 + 3.000 hari.

Agar kita dapat menjalankan rukun Islam berikutnya, yaitu zakat, maka kita perlu dan harus menjadi orang kaya, minimal kita memiliki harta yang sudah mencapai nishab (batas minimal kekayaan yang harus dikeluarkan zakatnya), misalnya adalah memiliki tabungan senilai 20 dinar emas (sekitar 85 gram emas).

Untuk menyempurnakan rukun Islam yang ke lima, ibadah haji ke tanah suci, kita juga membutuhkan banyak uang, kalau tidak kaya, akan sulit bagi kita menyempurnakan rukun Islam yang ke lima ini. Selain haji, kita juga dianjurkan untuk umroh, alangkah indahnya kalau kita bisa melaksanakan umroh tiap tahun.

Perintah berjihad dalam Al-Quran, ada 9x yang diulang-ulang oleh Allah swt dengan menyebutkan jihad bil amwaal dan jihad bil anfus, yani berjihad itu dilakukan dengan harta dan jiwa. Artinya, Jihad sebagai sarana untuk mencapai kejayaan Islam juga membutuhkan harta dan kekayaan yang besar jumlahnya dari kita sebagai ummatnya.

Ada tiga hal yang dapat memberikan tambahan pahala kepada seseorang sesudah meninggal, tiga hal yang tidak terputus itu adalah anak yang saleh dan mendoakan kepada orang tuanya, ilmu yang bermanfaat serta sedekah jariyah atau Wakaf. Semua itu akan lebih mudah didapatkan oleh orang kaya.

Itulah sebabnya mengapa orang muslim yang kaya atau orang saleh yang kaya berpeluang mendapatkan pahala lebih besar daripada orang soleh yang miskin.

Islam mengakui bahwa diantara sumber kebahagiaan manusia dalam hidupnya di dunia adalah rumah yang luas dan kendaraan yang nyaman. Rumah dan kendaraan ini bisa kita dapatkan kalau kita memiliki harta yang cukup. Agar kita bisa berteduh dari panas dan hujan, menetap di satu tempat dan tidak berpindah-pindah. Dengan menetap di suatu tempat kita juga akan memiliki basis masyarakat untuk berdakwah.

Dengan banyaknya harta yang kita miliki maka peluang untuk menjadi hamba yang bersyukur akan makin besar. Dari dahulu hingga saat ini, siapa yang mau hidup miskin? tentu tidak ada. Namun pada kenyataanya, masih banyak orang yang hidup dengan keadaan miskin. Fenomena kemiskinan bahkan masih banyak melanda umat di negara-negara Islam di Dunia.

 

Baca juga :

 

Related Posts

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *