Syaikh Ghassan Yunus Abu Ayman adalah seorang tokoh paling terkenal di Masjid Al-Aqsa ia dijuluki sebagai “Abu Hurairah Al-Aqsa”, beliau meninggal dunia akibat terinfeksi virus Corona sejak tiga bulan lalu.
Salah seorang warga al-Quds yang selalu ikut bersiaga di dalam Masjid Al-Aqsa, Hanadi Hulwani, di halaman Facebook-nya, menyampaikan bela sungkawa atas meninggalnya Syaikh (Abu Harairah Al-Aqsa), dia berkata, “Hari ini Masjid Al-Aqsa kembali seorang yang senantiasa bersiaga di dalamnya.
Dia adalah orang yang gigih dalam bersiaga di dalam Al-Aqsa, meskipun dia berasal dari desa Ara yang berada di dalam wilayah Palestina yang diduduki penjara Israel sejak tahun 1948.
Dia menyatakan bahwa dia (Syaikh Abu Hurairah Al-Aqsa) telah tertular virus Corona tiga bulan yang lalu. Hari ini, Allah telah memanggilnya Dia adalah orang yang sangat berbelas kasih kepada yang kecil dan menghormati yang tua. Dia tidak pernah melupakan kucing-kucing dan burung-burung merpati yang ada di dalam Masjid Al-Aqsa, semua tersentuh oleh kelembutannya ssat memberikan makan.
Kisah Bersiaga di Al-Aqsa
Selama lebih lima puluh tahun, Syaikh Yunus, lelaki berusia 71 tahun, hampir setiap menghabiskan waktunya di area dan halaman Masjid Al-Aqsa untuk membelanya dalam menghadapi serangan Zionis yang dilakukan berulang-ulang dan terus menerus. Tidak ada yang mencegah dan menghalanginya, selama bertahun-tahun dia bersiada di dalam Masjid Al-Aqsa kecuali karena sakit yang dialaminya baru-baru ini, yang menyebabkan kematiannya pada Selasa pagi pekan lalu.
Syaikh “Abu Harairah Al-Aqsa” mengunjungi Masjid Al-Aqsa setiap hari sambil membawa tas yang biasa diisi dengan daging, makanan kaleng, dan biji-bijian di pundaknya untuk memberi makan burung-burung dan kucing-kucing yang tinggal di halaman Masjid Al-Aqsa.
Ia menilai itu adalah pekerjaan yang sakral baginya. Begitu dia tiba di gerbang Masjid Al-Aqsa, maka burung-burung dan kucing-kucing sudah mengelilinginya. Dia akan memberinya makan sampai matahari terbenam, kemudian dia kembali ke rumahnya di desa Ara, di ujung utara Palestina yang diduduki penjajah Israel sejak tahun 1948.
“Selain membawa biji-bijian, makanan kaleng, dan daging untuk kucing dan burung, saya juga membawa permen di tas dan saku pakaian saya setiap hari untuk saya bagikan kepada semua orang yang saya temui di halaman Masjid Al-Aqsa. Jadi saya memberinya sepotong permen atau cokelat, sampai semua orang mengenal saya meskipun saya datang dari tempat yang jauh.”
Ia menuturkan, “bahwa saya meninggalkan rumah setiap hari di desa Ara di ujung utara Palestina yang diduduki Israel sejak tahun 1948, sampai saya tiba pukul tujuh pagi di Masjid Al-Aqsa. Begitu saya masuk melalui gerbang Hatta, kucing-kucing yang ada di sana langsung berlari ke arahku dan berjalan bersamaku sampai aku mencapai halaman Kubah Shakhrah.
Mereka berkumpung mengelilingi saya. Saya memberinya makan. Di sana, semua kucing mengenal saya dengan baik. Saya sangat terikat pada mereka. Saya menyebut mereka layaknya penjaga yang selalu bersiaga di dalam Masjid Al-Aqsa.
Para Pengunjung Al-Aqsa Mewarisinya
Kepergiannya telah menyebabkan terjadinya gelombang kesedihan yang luar biasa di media sosial. Karena semua pengunjung Masjid Al-Aqsa dan para pecintanya berduka atas kepergiannya, bahkan mereka yang belum pernah bertemu sehari pun dengannya.
Direktur Departemen Naskah di Masjid Al-Aqsha, Ridwan Amr mengatakan, “Beberapa pekan lalu, dia shalat Jum’at terakhirnya di Masjid Al-Aqsa. Dia melihat saya dari luar gerbang dalam keadaan sedih. Dia memberi nasehat pada saya agar tetap teguh dan memberi semangat kepada saya bahwa saya pasti akan kembali lagi ke Masjid Al-Aqsa. Kemudian setelah itu dia bergegas menuju wilayah Palestina (yang diduduki penjajah Israel sejak tahun 1948).
Warga al-Quds yang juga turut dalam bersiaga di dalam Masjid Al-Aqsa, Khadijah Khuwais, mengatakan, “Abu Harairah Al-Aqsa. Ya Allah, dia adalah orang yang berperilaku baik, berakhlak mulia dan murah hati. Ya Allah, tetapkanlah dia meninggal sedang dalam keadaan bersiaga. Ampunilah dia, curahkanlah rahmat untuknya, dan muliakanlah di tempat kembalinya.”